BAB II
KEHAMILAN GANDA
(GEMELI)
A. DEFINISI
Kehamilan kembar
adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu menarik
perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Kehamilan kembar dapat
memberikan resiko yang lebih tinggi terhapap bayi dan ibu. Oleh karena itu,
dalam menghadapi kehamilan kemmbar harus dilakukan pengawasan hamil yang lebih
intensif. Frekuensi kehamilan kembar mengikuto rumus dari Herlin, yaitu
1:89-untuk hamil kembar, 1:89 pangkat dua untuk kehamilan tiga sedangkan
kuadranplet 1:89 pangkat tiga.
(Manuba, 1998:265)
Kehamilan kembar
adalah satu kehamilan dengan dua janin. Kehamilan tersebut selalu menarik
perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat. Pada umumnya, kehamilan
dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar,
tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian
khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin. Frekuensi
kehamilan kembar juga meningkat dengan paritas ibu. Dari angka 9,8 per 1000
persalinan untuk primipara frekuensi kehamilan kembar naik sampai 18,9 per 1000 untuk oktipara. Keluarga
tertentu mempunyai kecenderungan untuk melahirkan bayi kembar, walaupun
pemindahan sifat heriditer kadang-kadang berlangsung secara paternal, tetapi
biasanya hal itu disini terjadi secara maternal dan pada umumnya terbatas pada
kehamilan dizigotik.
(Ilmu
Kebidanan, 2002)
Kehamilan ganda
dalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak diketemukan obat-obatan dan
cara induksi ovulasi.
(Mochtar,
1998:259)
B. ETIOLOGI
Factor-faktor yang mempengaruhi
persalinan pada kehamilan ganda atau gemeli
adalah;
·
Bangsa
·
Keturunan
- Obat klomid
- Hormone gonadotropin
- Factor bangsa
- Hereditas
- Umur
- Paritas
- Dan factor yang lain belum diketahui
C. MANIFESTASI KLINIK
Pada kehamilan
distensi uterus berlebihan sehngga melewati batas toleransinya dan seringkali
terjadi pada partus prematurus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada
kehamilan kembar bertambah. Frekuensi hidro amnion kira-kira 10 kali pada
kehamilan kembar daripada kehamilan tunggal. Hidroam nion dapat menyebabkan
uterus renggang sehingga dapat menyebabkan partus premature, inersia uteri atau
perdarahan postpartum. Solusio plasenta dapat terjadi setelah bayi pertama
lahir, sehingga menyebabkan salah satu faktot kematian bagi janin kedua.
Keluhan karena tekanan uterus yang besar dapat terjadi, seperti sesak nafas,
sering kencing, edema dan varises pada tungkai bawah dan vulva. Berhubung
uterus renggang secara berlebihan ada dua kecenderungan terjadinya inersia
uteri tetapi keadaan ini dapat diimbangi oleh bayi yang relative kecil sehingga
lamanya persalinan tidak banyak berbeda dari persalinan tunggal.
D. FISIOLOGI
Kehamilan kembar
yang terjadi dari satu telur disebut kembar minozygot atau disebut juga
identik, homolog, atau uniovuler. Kira- kira sepertiga kehamilan kembar adalah
monozygotic. Jenis kehamilan kedua anak sama, rupanya sama atau bayangan
cermin, mata, kuping, gigi, rambut, kulit dan ukuran atropologikpun sama. 2
amnion, 2 korion, dan 2 plasenta, kadang – kadang 2 plasenta tersebut menjadi
satu. Keadaan ini tidak dapat dibedakan dengan kembar digizotik. Dua pertiga
mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1 atau 2 amnion. Pada kehamilan kembar
monoamniotik kematian bayi sangat tinggi karena lilitan tali pusat; untung
sekali kehamilan ini jarang terjadi.
Saat segmentasi dan
ketuban pada kehamilan kembar monozigotik.
Saat segmentasi
|
Keadaan ketuban
|
0-72 jam
4-8 hari
9-12 hari
13 hari
|
Diamniotik, dikorionik
Diamniotik, monokorionik
Monoamniotik, monokorionik
Monoamniotik, monokorionik, dan kemungkinan
terjadinya kembar siam
|
Jenis kelamin sama
atau berbeda, mereka berbeda seperti anak – anak dalam keluarga. Kembar
dizigotik mempunyai 2 plasenta, 2 korion, dan 2 amnion. Kadang – kadang 2
plasenta menjadi satu.
Pada kehamilan
kembar monozigotik, bila terdapat peredaran darah yang tidak seimbang karena
anastomosis pembuluh darah pada hamil muda dapat terjadi berbagai anomaly.
Jantung janin yang satu, karena peredaran darah yang lebih sempurna, menguasai
jantung serta system peredaran janin yang lebih pembuluh – pembuluh darah yang
beranastomosis, dengan akibat bahwa janin yang terakhir terganggu
pertumbuhannya dan menjadi suatu monstrum yang dinamakan akardiakus. Akardiakus
asefalus adalah monstrum yang hanya terdiri atas panggul dan ekstremitas bawah,
akardiakus akornus adalah monstrum tanpa badan, akardiakus amorfus adalah
monstrum tanpa bentuk yang terdiri atas jaringan ikat yang mengandung berbagai
alat rudimeter dan diliputi kulit. Bila tidak keseimbangan terjadi pada
kehamilan yang lebih tua, dapat terjadi sindroma transfusi fetal. Pada janin
yang mendapat darah lebih banyak terdapat hidroamnion polisitemia, udema, dan
pertumbuhan janin yang baik, janin kedua kecil, menderita anemia, dehidrasi
oligohidroamnion, dan mikrokordia.
Bila segmentasi
terhambat dan baru terjadi setelah primitive sterak terbentuk (lebih kurang 13 hari setelah fertilisasi),
maka pemisahan mudigah tidak sempurna, sehingga terjadilah kembar dempet (kembar
siam). Kembar dempet sangat jarang dijumpai, yaitu pada 1 : 70.000 persalinan.
Kembar dempet dapat dibagi atas beberapa jenis, sesuai lokasi anatomis
dempetnya, yaitu torakopagus (40 %),
sifoomfalopagus (5 %), pigopagus (18 %), iskiopagus (6 %), dan kraniopagus (12
%)> Derajat dempet bervariasi dari dempet kulit dan dempet jaringan lemak
saja, hingga dempet kepala, tubuh, visera atau anggota gerak yang berbagi sama.
Pada kehamilan
kembar dizigotik janin dapat juga mengalami kelainan. Kadang – kadang satu
janin meninggal dan yang mati dapat diresobsi sama sekali atau masih ditemukan
dalam uterus.
E. MACAM-MACAM
KEHAMILAN KEMBAR
- Kamilan kembar monozygotic
Kehamilan kembar
yang terjadi dari satu telur disebut kembar monozygotic atau disebut juga
identik, homilog atau uniovuler. Kira-kira sepertiga kehamilan kembar adalah
minozygotik. Jenis kehamilan kedua anak sama, rupanya sama ayau bayangan
cermin, mata kuping, rambut, gigi, kulit, ukuran antropologikpun sama. Kamilan
kembar monozygotic mempunyai 1 plasenta, 1 korion homolog, uniovuler, identik dan
1 atau 2 amnion. Pada Kamilan kembar monoamniotik kematian bayi sangat tinggi
karena lilitan tali pusat.
Ï Terdapatnya hambatan pada tingkat segmentasi
Ï Hambatan setelah amnion terbentuk, tetapi sebelum
premitif streak
Ï Conjoined twins, adalah kembar dimana janin
melekat satu dengan yang lainnya, semisal:
·
Torakofagus
(dada dengan dada)
·
Abdominofagus
(perlekatan kedua abdomen)
·
Kraniofagus
(kedua kepala)
v Superfekundasi adalah: pembuahan dua telur yang
dikeluarkan pada ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dikeluarkan pada
jarak waktu yang pendek. Hal ini dilaporkan oleh Acher (1910) seorang wanita
kulit putih melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih dan saru
bayi putih serta satu bayi kulit hitam.
v Superfetasi adalah: kehamilan kedua yang terjadi
beberapa minggu atau bulan setelah kehamlan pertama. Belum pernah dibuktikan
pada manusia, namun dapat diketemukan pada kuda.
- Kehamilan kembar dizygotik
Kira-kira dua
pertiga kehamilan kembar dizygotik yang berasal dari dua sek telur disebut juga
heterolog, binovuler atau fraternal. Jenis kelamin sama atau berbeda, mereka
dalah anak-anak lain dalam satu keluarga. Kembar dizygotik mempunyai biovuler,
heterolog, fraternal, 2 plesenta, 2 korion dan 2 amnion, kadang-kadang 2
plasenta menjadi satu.
Letak Dan Presentasi Janin
Pada umumya janin
kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada biasa, sehingga
sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin demikian pula letak janin
kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama, misalnya dari letak lintang
menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta presentasi dapat terjadi
yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak memanjang dengan
presentasi kepal dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang
keduanya presentasi bahu.
Ada berbagai kombinasi letak serta
presentasi janun pada kehamilan kembar :
a. Kedua janin dalam letak membujur presentasi kepala
(44-47%)
b. Letak membujur presentasi kepala bokong (37-38%)
c. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
f. Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%)
g. Letak dan presentasi “69” adalah letak yang
berbahaya karena dapat terjadi kunci mengunci (interlucking)
F. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan dalam kehamilan
ü Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal
kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul dan bila diagnosisi telah
ditegakkan pemeriksaan ulangan harus lebih sering x seminggu pada kehamilan
lebih dari 32 minggu.
ü Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan
jauh lebih baik dihindari karena akan merangsang partus prematurus.
ü Pemakaiaan korset gurita yang tidak terlalu kuat
diperbolehkan supaya terasa lebih ringan
ü Periksa darah lengkap Hb dan golongan darah
(Rustam, 1998)
2. Penanganan persalinan dalam hamil
kembar
ü Karena penyulit kehamilan kembar terjadi kontraksi
otot rahim, kelambatan persalinan dan pendarahan postpartum, dan bayi
premature, maka persiapan darah ibu peril dilakukan dan pertolongan bayi
premature dengan lebih baik.
ü Pada umumnya anak kedua lahir dalam waktu 10-15
menit. Bila kedudukan anak kedua membujur, dapat ditunggu sampai terjadi his,
selanjutnya ketuban dipecahkan dan persalinan ditolong spontan belakang kepala
atau pertolongan letak sungsang.
Apabila anak kedua letak lintang dapat
dilakukan versi luar menjadi letak membujur seandainya letak lintang disertai
gawat janinmaka versi ekstrasi merupakan pilihan pertama. Indikasi lainnya
untuk versi ekstrasi letak lintang adalah bila ketuban pecah desertai prolaksus
funikuli atau solusio plasenta.
Dalam pertolonhan persalinan hamil
kembar dapat dilakukan operasi persalinan hamil kembar dapat dilakukan
persalinan primer bila berhadapan dengan:
§ Hamil kembar dengan anak satu lintang
§ Prolaksus funikuli
§ Plasenta plevia
(Manuaba,
1998:267)
3. Komplikasi
ü Pada ibu: anemia, abortus, dan pre eklamsi,
hidroamnion, kontraksi hipotonok, retensi plasenta, pendarahan pasca persalinan
ü Pada janin: plasenta plevia, solusio plasenta,
isuensi plasenta, partus prematurus, bayi mal presentasi, prolaps tali pusat,
kelaianan congenital.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Anamnesis
§ Riwayat adanya turunan kembar dalam keluarga
§ Uterus terasa lebih cepat membesar
§ Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
§ Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan
umur tuanya kehamilan.
- Inspeksi dan palpasi
§ Inspeksi pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada
kesan uterus lebih besar dan lebih cepat tumbuhnya dari biasa
§ Palpasi (leopood I,II,III,IV) menunjukkan bahwa
fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan,yeraba 3 bagian besar
janin,teraba banyak bagian besar janin, teraba banyak bagian bagian kecil
kecil,teraba 2 balotemen.
- Auskultasi
Terdengar dua denyut
jantung janin pada dua tempat agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan
sedikitnya sepuluh denyut per menit atau bila dihitung bersamaan terdapat
selisih sepuluh.
- Reaksi kehamilan
Karena pada hamil
kembar umumnya plasenta besar atau ada dua plasenta, maka produksi HCG akan
tinggi, jadi tetrasi reaksi kehamilan biasa positif. Kadangkala diagnosa baru
diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada janin
lagi dalam rahim kehamilan kembar sering terjadi bersamaan dengan hidroamnion
dan toksemia gravidarum.
.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
- Rontgen foto abdomen
§ Tampak gambaran 2 janin
- Ultrasonografi
§ Bila tampak 2 janin yang berdenyut yang telah
dapat ditentukan pada triwulan satu
- Elektrokardiogram total
§ Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari dua
janin
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Digunakan untuk
menentukan apakah persalinan akan di lakukan dengan normal atau tindakan atau
dengan secsio sesaria. Pemeriksaan penunjang ini antara lain dengan test
laboratorium dan USG. USG juga dapat menegakkan diaknosa kehamilan
kembar.selain USG juga dilakukan pemeriksaan laboratorium darah berupa Hb dan
golongan darah untuk menjaga kemungkinan terjadinya pendarahan post partum.
TINJAUAN MEDIS PERSALINAN NORMAL
A. DEFINISI
Persalinan
dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi
juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9
bulan. Selama persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya.
Sedang peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini
adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar melalui
jalan lahir (Saifuddin. 2002)
Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Manuaba membagi bentuk persalinan menjadi 3 yaitu :
persalinan spontan bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri,
persalinan buatan bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat
kekuatan untuk persalinan, dan persalinan anjuran (Manuaba. 1998)
Persalinan
normal adalah persalinan yang : terjadi pada kelahiran aterm (bukan prematur
atau post matur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai
setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak awitannya, mempunyai janin tunggal
dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana
tanpa bantuan artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan
mencakup pelahiran plasenta yang normal (Farrer. 1999)
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Wiknjosastro. 2005).
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin.
Persalinan dibagi dalam 4 kala
yaitu :
1. Kala I
Dimulai dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2
fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 sampai 10 cm. Menurut Helen, durasi rata-rata kala
satu persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida dan sekitar 4-6 jam
pada multipara.
2. Kala II
Dimulai dari
pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III
Dimulai segera setelah bayi
lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum
(Saifuddin. 2002)
Masa nifas
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kirra
6 minggu (Saifuddin. 2002).
B. Etiologi
Sebab terjadinya
partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral,
pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi mengakibatkan
partus mulai. Perubahan dalam biokimia dan biofisika seperti penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus.
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan ischemic
otot uterus. Hal ini mungkin merupakan
faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplacenter sehingga
plasenta mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser yang terletak dibelakang serviks dapat membangkitkan kontraksi uterus. (Wiknjosastro. 2005)
Adapun teori yang menerangkan
proses persalinan :
1. Teori kadar progesteron
Progesteron yang mempunyai
tugas mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan
sehingga otot rahim mudah dirangsang
2. Teori oksitosin
Menjelang kelahiran oksitosin
makin meningkat,sehingga cukup kuat untuk merangsang persalinan
3. Teori regangan otot rahim
Dengan meregangnya otot rahim
dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin banyak
dihasilkan oleh lapisan dalam rahin diduga dapat menyebabkan kontraksi otot
rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung
5. Teori hipotalamus pituitari dan
glandula suprarenalis
Teori ini diterangkan
oleh Linggin menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid yang menyebabkan maturitas
janin merupakan induksi persalinan. Glandula suprarenalis merupakan pemicu
terjadinya persalinan .
(Manuaba. 1998).
C. Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan adalah
cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui panggul ibu.
Ada enam gerakan dengan
overlapping yang jelas yaitu :
1. Penurunan
Penurunan yang meliputi
engagement pada diameter obliqua kanan panggul, berlangsung terus selama
persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Gerakan-gerakan lainnya
menyertai penurunan ini. pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus
terjadi penurunan kepala yang jelas dalam proses engagement. Penurunan
disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada kala II dibantu oleh
daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat.
2. Fleksi
Sebelum persalinan mulai sudah
terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan sikap alamiah janin dalam
uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan bertambahnya fleksi.
Occiput turun mendahului sinciput, UUK lebih rendah daripada bregma dan dagu
janin mendekati dadanya. biasanya ini terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru
sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul. Efek dari fleksi adalah untuk merubah diameter
terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi suboccipito bregmatika (9,5
cm) yang lebih kecil dan lebih bulat. oleh karena persesuaian antara kepala
janin dengan panggul ibu mungkin ketat, pengurangan 1,5 cm dalam diameter
terendah adalah penting
3. Putar paksi dalam
Sebagian besar panggul
mempunyai PAP berbentuk oval melintang. diameter anteroposterior PTP sedikit
lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP berbentuk oval
anteroposterior seperti kepala janin. Sumbu panjang kepala janin harus sesuai
dengan sumbu panjang panggul ibu. karenanya
kepala janin yang masuk PAP pada diameter transversal atau obliqua harus
berputar kediameter anteroposterior supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia
berhubungan dengan dasar panggul (musculus dan fascia levator ani). disini UUK
berputar 45° ke kanan (menuju garis tengah). sutura sagitalis
pindah dari diameter obliqua kanan ke diameter anterioposteror panggul : LOA ke
OA. UUK mendekati sympisis pubis dan sinciput mendekati sakrum. Kepala berputar
dari diameter obliqua kanan kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu
tetap pada diameter obliqua kiri. Dengan demikian hubungan normal antara sumbu
panjang kepala dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher berputar 45°. Keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih berada dalam panggul.
Putar paksi dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan pada pasien
dengan kontraksi uterus yang efisien. umumnya putar paksi dalam terjadi pada
kala II.
4. Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya
disebabkan oleh dua kekuatan yaitu: kontraksi uterus yang menimbulkan tekanan
ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan. Dinding depan
panggul(pubis) panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang
(sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan demikian sinciput harus menempuh jarak yang
lebih panjang daripada occiput. Dengan semakin turunnya kepala terjadilah
penonjolan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing ). Occiput
lewat melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus
subpubicus. Kemudian dengan proses extensi yang cepat sinciput menelurus
sepanjang sakrum dan berturut-turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut, dan
dagu melalui perineum.
5. Restitusi
Pada waktu kepala mencapai
dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap berada
pada diameter obliqua sedangkan kepala berputar ke depan, maka leher ikut
berputar. Begitu kepela dilahirkan dan bebas dari panggul maka leher berputar
kembali dan kepala mengadakan restitusi kembali 45° (OA menjadi LOA) sehingga hubungannya
dengan bahu dan kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali.
6. Putar paksi luar
Putar paksi luar kepala
sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dalam daripada bahu. Pada waktu
bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih rendah berputar ke depan di
bawah simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri
menjadi diameter anteroposterior panggul. Dengan begini maka diameter memanjang
bahu dapat sesuai dengan diameter memanjang PBP. Kepala yang telah berputar
kembali 45° untuk mengembalikan hubungan normal dengan bahu,
sekarang berputar 45° lagi untuk mempertahankannya: LOA menjadi LOT.
(Harry, william. 1986).
D. Penatalaksanaan
1. kala I
a. Bantulah Ibu dalam persalinan jika ia
tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan ;
1) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya,
2) Berilah informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
b. Jika Ibu tersebut tampak kesakitan,
dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :
1) Lakukan perubahan posisi
2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi
jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya diianjurkan tidur miring ke kiri
3) Sarankan ia untuk berjalan
4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau
ibunya) untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara
kontraksi
5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas
sesuai dengan kesanggupannya
6) Ajarkan kepadanya tehnik bernapas : ibu
diminta menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan
dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi
7) Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kg BB
(tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1
mg/kg BB IM atau tramadol 50 mg/oral atau 100 mg supositoria atau metamizol 500
mg peroral
c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu
dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak
menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan
perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan
e. Membolehkan ibu untuk mendi dan membasuh
sekitar kemaluannya setelah buang air kecil atau besar
f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan
banyak keringat, atasi dengan cara :
1) Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar
2) Menggunakan kipas biasa
3) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan
mencegah dehidrasi, berikan cukup minum
h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering
mungkin
i.
Lakukan
pemantauan TTV, denyut jantung janin, kontraksi, pembukaan servik, penurunan
j.
Lakukan
pemeriksaan dalam setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah
selaput ketuban pecah
1) Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah
hal-hal sebagai berikut :
a) Warna cairan amnion
b) Dilatasi serviks
c) Penurunan kepala
2) Jika serviks belum membuka pada
pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan
a) Jika terdapat kontraksi yang menetap,
periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada
serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
tersebut dalam keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan, maka
diagnosisnya adalah persalinan palsu
2. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan
dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembuukan untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap atau kepal janin
sudah tampak di vulva dengan diameter
5-6 cm.
a. Memberikan dukungan terus menerus kepada
ibu dengan :
1). Mendampingi ibu agar merasa nyaman
2). Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat
ibu
b. Menjaga kebersihan diri
1). Ibu tetap dijaga kebersihannya agar
terhindar dari infeksi
2). Jika ada darah lendir atau cairan ketuban
segera dibersihkan
c. Mengipasi dan masase untuk menambah
kenyamanan bagi ibu
d. Memberikan
dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan
cara :
1). Menjaga privasi ibu
2). Penjelasan tentang proses dan kemajuan
persalinan
3). Penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan dan keterlibatan ibu
e. Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing
mengedan dalam posisi berikut
1). Jongkok
2). Menungging
3). Tidur miring
4). Setengah duduk
Posisi tegak ada kaitannya
dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan
perineum dan infeksi
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu
dianjurkan berkemih sesering mungkin
g. Memberikan cukup minum : memberi tenaga
dan mencegah dehidrasi.
Ketika
kepala bayi lahir, maka lakukan hal berikut :
a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan
sedikit dorongan saat kepala bayi lahir
b. Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar
defleksi tidak terlalu cepat
c. Menahan perineum dengan satu tangan
lainnya jika diperlukan
d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya
dari kotoran lendir atau darah
e. Periksa tali pusat :
1). Jika tali pusat mengelilingi leher bayi
dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi
2). Jika lilitan tali pusat terlalu ketat,
tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting di antara kedua klem
tersebut, sambil melindungi leher bayi.
Untuk kelahiran bahu dan
anggota seluruhnya, maka :
a. Biarkan kepala bayi berputar dengan
sendirinya
b. Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala
dan leher bayi
c. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk
melahirkan bahu depan
d. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk
melahirkan bahu belakang
e. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan
lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan
lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
f. Letakkan bayi tersebut di atas perut
ibunya
g. Secara menyeluruh keringkan bayi,
bersihkan matanya, dan nilai pernapasan bayi
Sebagian
besar bayi mulai menangis atau bernapas secara spontan 30 detik setelah lahir,
kemudian :
a. Klem atau potong tali pusat
b. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan
memiliki kontak kulit dengan kulit dengan dada si ibu. Bungkus bayi dengan kain
yang halus dan kering. Tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
3. Kala III
Penatalaksanaan
aktif kala III meliputi :
a. Pemberian oksitosin untuk merangsang
uterus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta:
1). Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit
setelah kelahiran bayi
2). Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang
puttinng payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah
b. Lakukan penegangan tali pusat terkendali
(PTT) dengan cara :
1). Satu tangan diletakkan pada korpus uteri
tepat di atas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri
dengan gerakan dorso kranial- ke arah belakang dan ke arah kepala ibu
2). Tangan yang satu memegang tali pusat
dengan klem 5-6 cm di depan vulva
3). Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan
tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit)
4). Selama kontraksi, lakukan tarikan
terkendali pada tali pusat yang terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan
tangan ke uterus
c. PTT dilakukan hanya selama uterus
berkontraksi. Tangan pada uterus merasakan kontraksi, ibu dapat juga memberi
tahu petugas ketika ia merasakan kontraksi. Ketika uterus sedang tidak berkontraksi,
tangan petugas tetap berada pada uterus tapi bukan melakukan PTT. Ulangi
langkah-langkah PTT pada setiap kontraksi sampai plasenta terlepas
d. Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan
dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta,
keluarkan plasenta dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan
lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan
selaput ketuban
e. Segera setelah plasenta dan selaputnya
dikeluarkan, masase fundus agar menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan. Jika uterus tidak
berkontraksi kuat selama 10-15 detik, atau jika perdarahan hebat terjadi,
segera lakukan kompresi bimanual dala. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam
waktu 1-2 menit, ikuti protokol untuk perdarahan pasca persalinan
f. Jika menggunakan manajemen aktif dan
plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitosin 10 unit IM
dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
g. Jika menggunakan manajemen aktif dan
plasenta belum juga lahir dalam waktu 30 menit :
1).
Periksa
kandung kemih dan lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh
2).
Periksa
adanya tanda-tanda pelepasan plasenta
3). Berikan oksitosin 10 unit IM dosis ketiga
dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama
4). Siapkan rujukan jika tidak ada tanda-tanda
pelepasan plasenta
h. Periksa wanita tersebut secara seksama dan
jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episiotomi
4. Kala IV
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam
pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat,
masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus
akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih
dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam
kedua
c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah
dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian
ibu yang bersih dan kering
e. Biarkan ibu beristirahat. Bantu ibu pada
posisi yang nyaman
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk
mendekatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan menyusui bayinya
g. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh
bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah setelah persalinan.
Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pasca persalinan
i.
Ajarkan
ibu atau anggota keluarga tentang :
1). Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
2). Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
(Saifuddin. 2002).
E. Tanda dan gejala persalinan
1. Tanda-tanda dini akan dimulainya
persalinan
a. `Lightening`
Menjelang minggu ke 36, pada
primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP
yang disebabkan oleh :
1). Kontraksi braxton hicks
2). Ketegangan dinding perut
3). Ketegangan ligamentum rontumdum
4). Gaya berat janin dimana kepala kearah
bawah
Masuknya
kepala bayi ke PAP dirasakan ibu hamil
1). Terasa ringan di bagian atas, rasa
sesaknya berkurang
2). Dibagian bawah terasa sesak
3). Terjadi kesulitan berjalan
4). Sering miksi
Gambaran lightening pada
primigravida menunjukkan hubungan normal antara ketiga P yaitu : power, pasage,
dan pasenger
b. Terjadi his permulaan
Pada saat hamil muda sering
terjadi kontraksi braxton hicks. Kontraksi ini terjadi karena perubahan
keseimbangan estrogen, progesteron dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan semakin tua kehamilan, pengeluaran progesteron berkurang
sehingga oksitosin menimbulkan kontraksi lebih sering sebagai his palsu. Sifat
his palsu atau permulaan :
1). Rasa nyeri ringan dibagian bawah
2). Datangnya tidak teratur
3). Tidak ada perubahan pada serviks
4). Durasinya pendek
5). Tidak bertambah bila beraktivitas
2. Tanda persalinan
a. Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
1). Pinggang terasa sakit yang menjelar ke
depan
2). Sifatnya teratur, interval makin pendek
dan kekuatannya makin besar
3). Mempunyai pengaruh terhadap perubahan
serviks
4). Makin beraktivitas kekuatan makin
bertambah
b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa
tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada
serviks yang menimbulkan :
1). Pendataran dan pembukaan
2). Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat
pada kanalis serviks lepas
3). Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh
darah pecah
c. Pengeluaran cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang
pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung
dalam waktu 24 jam
F. Pemeriksaan fisik persalinan
1. Kala I
Dilakukan pemeriksaan tentang
kedudukan janin dalam rahim. Dilakukan pemeriksaan dalam dengan terbatas dan
berapa pembukaannya dan kapan perkiraan persalinan akan berlangsung. Observasi
pada kala I sangat penting dilakukan untuk mengetahui kekuatan his (kontraksi) rahim, pembukaan dan
denyut jantung janin.
2. Kala II
Dilakukan pemeriksaan ketuban,
kekuatan kontraksi. Diperlukan pegawasan yang ketat untuk mengantisipasi
keadaan gawat yang memerlukan pertolongan (Manuaba. 1998). Pantau penurunan
presentasi dan perubahan posisi janin (Saifuddin. 2002).
3. Kala III
Observasi secara cermat adanya
perdarahan
4. Kala IV
Observasi secara cermat
tekanan darah, nadi, pernapasan, kontraksi otot rahim, serta adanya perdarahan
pasca melahirkan.
(Manuaba.
1998)
TINJAUAN MEDIS MANAJEMEN
LAKTASI
A. Fisiologi Laktasi
Air susu esensial
bagi kelangsungan hidup bayi baru lahir. dengan demikian, selama gestasi
kelenjar mamaria atau payudara, dipersiapkan untuk laktasi.
Payudara pada
wanita yang tidak hamil terutama terdiri dari jaringan lemak dan sistem duktus
rudimenter. Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, yang tidak
ada kaitannya dengan kemampuan menghasilkan susu. dibawah pengaruh hormon yang
terdapat selama kehamilan, kelenjar mamaria membentuk struktur dan fungsi
kelenjar internal yang penting untuk menghasilkan susu. Payudara yang mampu
menghasilkan susu terdiri dari jaringan duktus yang secara progresis mengecil
yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobus-lobulus. Setiap
lobulus terdiri dari sekelompok alveolus berlapis epitel dan mirip kantung yang
membentuk kelenjar penghasil susu. Susu disintesis oleh sel epitel, lalu
disekresikan kedalam lumen alveolus, kemudian mengalir dari duktus pengumpul
susu kepermukaan puting payudara.
Selama kehamilan,
konsentrasi estrogen yang tinggi menyebabkan perkembangan duktus yang ekstensif
sementara kadar progesteron yang tinggi merangsang pembentukan lobulus
alveolus. peningkatan konsentrasi prolaktin (suatu hormon hipofisis anterior
yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen) dan human chorionic somatomammotropin
(suatu hormon peptida yang dikeluarkan oleh plasenta) juga ikut berperan dalam
perkembangan kelenjar mamaria dengan menginduksi pembentukan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menghasilkan susu.
Setelah persalinan,
laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting (1) Prolaktin, yang bekerja pada
epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) Oksitosin, yang
menyebabkan penyemprotan susu, yang terakhir mengacxu pada ekspulsi paksa susu
dari lumen alveolus melalui duktus-duktus. pengeluaran kedua hormon tersebut
dirangsang oleh refleks neuroendokrin yang dipicu oleh rangsangan menghisap
pada puting payu dara. Susu tidak dapat secara langsung dihisap dari lumen
alveolus oleh bayi. Susu harus secara aktif diperas keluar alveolus melalui duktus
lalu ke puting payu dara oleh kontraksi sel mioepitel khusus yang mengelilingi
setiap alveolus. Pengisapan puting oleh bayi merangsang ujung-ujung syaraf
sensorik di puting, menimbulkan potensial aksi yang kemudian menjalar ke atas
ke korda spinalis lalu ke hipothalamus. Setelah diaktifkan, hipothalamus memicu
pengeluaran oksitosin dari hipofisis posterior. pksitosin, pada gilirannya,
merangsang kontraksi sel mioepitel di payu dara sehingga terjadi penyemprotan
susu (milk letdown).
Refleks Menghisap Puting :
B. Definisi
ASI adalah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi
bayi.
ASI eksklusif
adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur nol sampai
enam bulan. ASI eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada
bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh
bayi. "Tidak ada yang bisa menggantikan ASI karena ASI didesain khusus
untuk bayi, sedangkan susu sapi komposisinya sangat berbeda sehingga tidak bisa
saling menggantikan".
(GATRA,
2004).
C. Manfaat Pemberian Asi
a. Pada Bayi
1) Steril, aman dari pencemaran kuman.
2) Selalu tersedia dengan suhu optimal.
3) Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
4) Mengandung antibodi yang dapat menghambat
pertumbuhan / membunuh kuman / virus.
5) Perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi.
6) Mudah dicerna, perkembangan otak lebih baik.
7) Bahaya alergi tidak ada
b. Bagi Ibu
1) Dengan menyusui terjadi hubungan yang lebih erat
antara ibu dengan bayi.
2) Dengan menyusui akan mempecepat involusi uteri.
3) Dengan menyusui kesuburan ibu akan berkurang untuk
beberapa bulan (KB alami)
4) Dengan menyusui akan mengurangi kemungkinan
menderita kangker payudara pada masa mendatang.
c. Bagi Keluarga
1) Pemberian ASI tidak menuntut persiapan khusus.
2) ASI selalu tersedia dan gratis.
d. Bagi Negara
1) Hemat biaya
2) AKB menurun
3) Menurangi subsidi perawatan anak sakit dan ibu dan
anak.
4) Membantu program KB
5) Meningkatkan kualitas generasi penerus.
D. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada puting dan sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai disinfektan dan menjaga kelambaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
1) Ibu duduk / berbaring dengan santai, bila duduk
lebih baik menggunakn kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran
kursi.
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu
lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
mnengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu
yang satu di sepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang di bawah, jangan menekan puting susu / kalang payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting
refleks) dengan cara
1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau
2) Menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala
bayi didekatkan ke payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke
mulut bayi.
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat
masuk kemulut bayi sehingga puting susu berada dibaewah langit-langit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
kalang payudara. Posisi yang salah yaitu apabila bayi hanya menghisap pada
puting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting
susu lecet.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu
disangga lagi.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya / bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui9
bayi telah menyusu dengan benar dapat dilihat :
1) Bayi tampak tenang.
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu menempel pada payudara ibu.
5) Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam
mulut bayi.
6) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri.
8) Telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9) Kepala tidak menengadah
Tanda kecukupan ASI secara subyektif :
1) Bayi tampak puas dan tidur nyenyak saat menyusui
2) Ibu merasakan perubahan ketegangan pada payudara
f. Melepaskan isapan bayi
Setelah selesai menyusui pada satu
payudara sampai terasa kosong sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya.
Coba melepas isapan bayi :
1) Jari kelingking ibu dimasukkan k mulut bayi sudut
mulut atau
2) Dagu bayi ditekan kebawah.
g. Setelah menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada puting susu dan disekitar kalang payudara, biarkan kering dengan
sendirinya.
h. Menyendawakan bayi.
Tujuan : Mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi
tidak muntah
(gumoh- jawa)
setelah menyusui.
Cara :
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan.
2) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu kenudian
punggung ditepuk perlahan-lahan.
Sebaiknya menyusui
bayi tanpa dijadwal (on demand) karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayi bila menangis bukan karena sebab lain
(kencing dsb) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat
dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi
akan kosong dalam waktu 2 jam.
E. Komposisi Asi Sesuai Kebutuhan Bayi
Karena ASI
merupakan cairan "hidup" yang mengandung zat-zat antara lain daya
tahan tubuh, sedangkan susu formula adalah cairan "mati" yang tak
mengandung antibodi. Perlu diketahui juga, komposisi ASI selalu berubah-ubah
sesuai kebutuhan bayi. Umpamanya, ASI yang keluar beberapa saat setelah
persalinan sampai 4 hari pertama (kolostrum) berbeda komposisinya dengan ASI
yang keluar setelah itu (ASI transisi dan ASI matur). Berikut penjelasan Ketua
Yayasan Sentra Laktasi Indonesia :
a. ASI hari I hingga kurang lebih ke-4 (kolostrum)
Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi karena banyak mengandung protein untuk daya tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah tinggi. Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.
Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi karena banyak mengandung protein untuk daya tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah tinggi. Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.
b. ASI hari ke-3 hingga kurang lebih ke-10 (ASI
transisi)
Kadar protein ASI transisi sudah berkurang sementara kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Begitu juga dengan volumenya yang makin banyak sesuai kebutuhan menyusu bayi yang semakin tinggi.
Kadar protein ASI transisi sudah berkurang sementara kadar karbohidrat dan lemaknya meningkat. Begitu juga dengan volumenya yang makin banyak sesuai kebutuhan menyusu bayi yang semakin tinggi.
c. ASI hari ke-10 dan selanjutnya (ASI matur).
Komposisi ASI yang keluar pada
isapan-isapan pertama (foremilk) juga berbeda dengan komposisi yang terkandung
pada isapan-isapan akhir (hindmilk). “Hindmilk” mengandung lemak dan
karbohidratnya lebih banyak dibandingkan foremilk.
Berikut ini komposisi/kandungan yang
terdapat dalam ASI :
a. Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicerna dan diserap. Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan panjang). Antara lain omega 3 (EPA dan DHA), omega 6 (AA) yang merupakan komponen penting untuk pertumbuhan otak.
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari. ASI mengandung enzim lipase pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicerna dan diserap. Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid (lemak ikatan panjang). Antara lain omega 3 (EPA dan DHA), omega 6 (AA) yang merupakan komponen penting untuk pertumbuhan otak.
b. Kolesterol
Manfaat kolesterol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbkuhan otak. Selain itu olesterol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol. Metabolisme itu akan mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.
Manfaat kolesterol dalam ASI antara lain untuk meningkatkan pertumbkuhan otak. Selain itu olesterol berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme kolesterol. Metabolisme itu akan mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga mencegah serangan jantung.
c. Protein
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dan lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.
Kandungan protein dalam ASI lebih tinggi dan lebih mudah dicerna oleh usus bayi. Selain berguna sebagai daya tahan tubuh, protein diperlukan pula untuk pertumbuhan otak.
d. Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactbacillus bifidus, menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. Gunanya untuk pertumbuhan otak, meningkatkan penyerapan kalsium, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactbacillus bifidus, menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
e. Vitamin dan Mineral
ASI mengandung vitamin dan mineral
yang lengkap. Hampir semua vitamin dan mineral dalam ASI diserap tubuh bayi.
Perlu juga disadari bahwa masih banyak zat yang terkandung dalam ASI namun
belum diketahui kegunaannya.
F. Penyakit-Penyakit Yang Dapat Dicegah ASI
Dari hasil riset, ASI terbukti dapat
menurunkan risiko bayi terserang penyakit akut dan kronis. Antara lain :
a. Meningitis bakterialis (peradangan selaput otak
yang disebabkan bakteri)
b. ISPA (infeksi saluran pernapasan atas)
c. Infeksi saluran urogenitalis (infeksi pada organ
reproduksi dan saluran kemih)
d. Otitis media (peradangan telinga)
e. Sepsis (infeksi dalam darah)
f. Botulism (keracunan akibat makanan/minuman yang
diawetkan secara tidak benar)
g. Diare
h. Serangan alergi
i.
Diabetes pada
usia muda
j.
Penyakit
pembuluh darah koroner (coronary artery disease).
G. Masalah – Masalah Dalam Laktasi
a. Payu dara bengkak
b. Puting susu datar atau terbenam
c. Puting susu lecet atau luka
d. Saluran susu tersumbat
e. Infeksi payu dara (mastitis)
f. Abses payu dara
g. ASI kurang
h. Bayi bingung puting
i.
Bayi enggan
menyusu
j.
Berat badan
lahir rendah (BBLR)
H. Perawatan Payu Dara Post Partum
a. Bertujuan untuk :
1) Memelihara kebersihan paydara
2) Melenturkan dan menguatkan putting
3) Mengeluarkan putting susu yang masuk ke dalam/
datar
4) Agar saat menyusui, susu dapat keluar engan lancar
dan menghindari kesulitan-kesulitan dalam menyusui
b. Alat-alat yang dugunakan
1) Kapas
2) Baby oil
3) Waslap
4) Baskom berisi air hangat
5) Baskom berisi air dingin
c. Cara kerja breast care
Cara kerja untuk
melakukan breast care pada ibu post partum adalah:
1) Mengompres nipple dengan kapas yang usdah diberi
minyak/ baby oil, tujuannya untuk mengangkat kotoran, dan lemak-lemak.
2) Biarkan sampai 3 menit, kemuian kapas diputar
untuk membersihkan dan mengangkat kotoran pada nipple.
3) Basahi kedua tangan dengan baby oil.
4) Massage payudara dengan kedua tangan rotasi dari
atas ke bawah.
Caranya kedua tangan dan ibu jari
menempel di tengah-tengah payudara dilakukan sebanyak 20-30 kali.
5) Massage payudara dengan cara tangan kiri menyangga
payudara dan tangan kanan bagian jari kelingking memijat, arah dari atas ke
bawah, dilakukan 20-30 kali.
6) Massage dengan cara sirkuler, yaitu dengan
menggunakan ujung-ujung jari kedua tangan menuju ke arah nipple.
7) Payudara dengan air hangat untuk meningkatkan
vaskularisasi selama 3 menit. Selama itu merasa hangat.
Tujuan: untuk meningkatkan kenyamanan
8) Kompres payudara dengan air dingin selama 3 menit.
Tujuan: untuk meningkatkan kenyamanan
9) Pencet daerah areola untuk mengocok ASI sudah
keluar atau belum.
10) Kompres dengan air hangat lagi selama 3 menit
11) Bila nipple datar atau masuk ke dalam dapat
dilakukan (Hoffman)
a) Nipple diputar kemudian ditarik
b) Regangkan
areola dengan kedua ibu jari, angkat nipple dan tarik keluar.
I. Nutrisi
Untuk Ibu Menyusui
Nutrisi ibu
menyusui adalah suatu keadaan nutrisi yang diperlukan selama ibu menyusui, yang
membutuhkan makanan lebih banyak karena selain menjaga kesehatan ibu juga untuk
pembentukan ASI bagi bayinya dalam jumlah kurang lebih 850 ml perhari.
a. Nutrisi yang diperlukan adalah :
1) Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga
untuk menghasilkan kalori dapat
diperoleh dari serealia, umbi-umbian.
2) Protein sebagai sumber zat pembangun dapat
diperoleh dari daging, ikan, telur
dan kacang-kacangan.
3) Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari
buah-buahan dan sayur - sayuran.
4) Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga sistem
saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara normal. Dapat dijumpai pada
serealia, biji - bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau, ragi, telur dan produk
susu.
5) Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan
pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya
terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
6) Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah
yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama gandum, kacang-kacangan,
minyak sayur dan sayuran hijau.
7) Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf
dan sel darah, banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam,
kembang kol dan brokoli. Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk,
pisang, wortel dan tomat. Kebutuhan
asam folat selama hamil adalah 800 mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama kehamilan.
Kekurangan asam folat dapat
mengganggu pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak janin.
8) Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar
dari anemia, banyak terdapat pada
sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), daging dan hati.
9) Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan
gigi janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika kebutuhan kalsium
ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang
ibu. Sumber kalsium yang lain adalah
sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk
olahannya. Susu juga mengandung
banyak vitamin, seperti vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.
b. Contoh Makanan Yang Tepat Bagi Ibu Menyusui
Makanan dengan gizi
seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga,
protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat
pengatur.
1) Sebagai sumber tenaga yang menghasilkan kalori,
karbohidrat dapat diperoleh dari serealia, umbi-umbian.
2) Sementara protein sebagai sumber zat pembangun
dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, kacang-kacangan, dan sebagai sumber
zat pengatur,
3) Vitamin dan
mineral dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran. Tambahan vitamin,
baik B kompleks, vitamin A, vitamin C, vitamin D, maupun vitamin E diperlukan
ibu hamil untuk meningkatkan kebugarannya. Vitamin B kompleks dijumpai pada
serealia, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau, ragi, telur dan produk
susu. Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung
agar berfungsi secara normal.
4) Vitamin D
berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya terdapat
pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
5) Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah
yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama gandum, kacang-kacangan,
minyak sayur dan sayuran hijau.
6) Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf
dan sel darah, dan banyak terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti
bayam, kembang kol dan brokoli. Pada buah-buahan, asam folat banyak terdapat
pada jeruk, pisang, wortel dan tomat.
7) Zat besi yang dibutuhkan ibu menyusui agar
terhindar dari anemia (kurang darah), banyak terdapat pada sayuran hijau
(seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya), daging dan hati. Salah
satu makanan dengan kandungan gizi yang lengkap adalah susu.
c. Menu Yang
Dikonsumsi Oleh Ibu Menyusui
1) Sumber zat tenaga 8 porsi (1 porsi nasi = 100 gr),
yang terdiri dari : nasi, jagung, mie, roti dsb. Ditambah dengan 4 sdm minyak
goreng untuk menggoreng atau menumis dan 2 sdm gula
2) Sumber zat pembangun 8 porsi, dapat terdiri dari :
2 porsi ikan atau daging @ 50 gr, 3 porsi tempe atau tahu @ 50/75 gr dan 1
porsi kacang-kacangan, 1 gelas susu dan 1 butir telur
3) Sumber zat pengatur 7 porsi, dapat terdiri dari :
4 porsi sayuran terutama yang berwarna hijau dan kuning @ 100 gr dan 3 porsi
buah-buahan segar @ 100 gr.
Contoh menu
sehari :
a. Pagi :
Lumpia, susu, juice buah
b. Siang :
Nasi, otak-otak bandeng, rempeyek kacang, oseng
kangkung dan telur
puyuh, sayur asem, papaya.
c. Malam :
Nasi, empal daging, sup sayuran, keripik tempe, apel.
Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Zat Gizi
|
Ibu menyusui\ anak
umur
|
||
0-6 bln
|
7-12 bln
|
12-24 bln
|
|
Energi (kalori)
Protein (Gr)
Vitamin A (RE)
Asam folat (ug)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
|
2750
64
850
210
85
900
31
|
2550
60
800
200
70
900
31
|
2450
59
750
185
70
800
31
|
(www.conectique.com)
J. Kasus
Ny G 20 th, masuk RS tanggal 2 agustus
05, anda melakukan pengkajian tanggal 3 agustus 05, klien post natal dengan
bayi perempuan gamelli, satu bayinya meninggal sesaat setelah melahirkan saat
dikaji klien menyatakan nyeri pada daerah kemaluannya. Bergerak dengan hati –
hati karena nyeri. Nyeri berkurang bila klien duduk, skala nyeri 4. wajah klien
saat berubah posisi meringis menahan nyeri dan klien menyakatan perih saat BAK.
TD 110/70 mm/Hg, RR 20X/menit, N 80x/menit, leukosit 11,8 ribu/mm3.
dari pemeriksaan fisik didapatkan payudara klien tampak lembek, puting susu
tidak menonjol, ASI masih keluar sedikit. Klien menyatakan sangat sedih dengan
kematian satu bayinya. Klien tampak tidak bersemangat,cenderung lebih suka
tiduran terdapat lingkar mata menghitam. TFU ½ simpisis dan pusat, bulat mengeras seperti
bola. Lokea sekitar 100 cc/4 jam, merah tua, stosel ( + ). Ibu menyatakan belum
tau cara menyusui efektif. Karena ini bayi pertamanya. Bayi belum rooming in.
Klien mendapat terapi trodasik 3 x100 mg.
Soal A
1. Buat NCP sesuai dengan data yang ada
2. Bagaimana dengan implementasi dan evaluasi terkait
dengan data berikut
Pada siang harinya sebelum berganti
dinas, anda melakukan evaluasi dari intervensi yang anda lakukan, didapatkan
data, nyeri klien sudah berkurang skala 2 sesaat setelah klien menggunakan
tehnik napas dalam seperti yang diajarkan. TD 120/80 mmHG, RR 20 x/mnt, N 80 x/
mnt. Klien menyatakan ASI nya sudah disusukan saat klien melihat bayinya di
ruang bayi, tetapi bayinya belum mau menyusu dengan kuat karena banyak tidur.
Nyeri payudara berkurang setelah dilkukan perawatan payudara. Masih tampak
lingkaran hitam disekitar matanya. Bila klien dirumah klien akan mencoba tidur
bila bayinya tidur. Klien sore ini diperbolehkan pulang.
Soal B: Bagaimana dengan dischart planning anda?
1. Pengkajian
A. Data subjektif
1. Identitas pasien
Nama :
Ny G
Umur :
20 tahun
Tanggal masuk RS : 2 Agustus 2005
Tanggal pengkajian : 3 Agustus 2005
Penanggung jawab : -
Identitas suami : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Alamat : -
2. Alasan
datang :
Klien post natal dengan bayi perempuan gamelli, satu bayinya meninggal sesaat setelah
melahirkan
3. Keluhan utama : Ibu post natal mengeluh nyeri pada
daerah kemaluannya.
4. Riwayat kesehatan sekarang : Pengkajian di lakukan pada tanggal 3 agustus 05 dan di
dapatkan Dx medis gemelli dengan persalinan normal.
Riwayat
kesehatan dahulu : Klien tidak pernah menderita penyakit keturunan
maupun penyakit menular.
Riwayat kesehatan keluarga : Dalam keluarga dari salah satu pihak istri atau suami ada
keturunan kembar.
Riwayat operasi
: Belum pernah melakukan
operasi
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat haid ; -
b. Riwayat perkawinan ;
satu kali
c. Riwayat kehamilan :
G1P0A0
Gravid :
1 kali
Partus :
tidak pernah
Abortus :
tidak pernah
6. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
»
TTV ; TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80X/menit
RR :
20X/menit
»
Kepala : Kulit kepala bersih
»
Muka : Pucat (+), Oedem (-)
»
Mata : Lingkar mata menghitam
»
Hidung : Bersih, penciuman baik, tidak ada lendir
»
Telinga : Bersih, pendengaran baik, tidak terdapat
cairan
»
Mulut : Bibir kering, mulut bersih, tidak terdapat
stomatitis
»
Gigi : Bersih, tidak terdapat karies, gusi
tidak mudah berdarah.
»
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid
»
Ketiak : Tidak terdapat pembesaran kelenjar
limfe
»
Dada : Bentuk simetris, tidak terdapat
retraksi dinding dada, pernafasan teratur, bunyi jantung krekels
»
Payudara : lembek, puting susu tidak menonjol.
»
Perut : Tidak terdapat luka bekas operasi,
tidak ada nyeri tekan
»
Vulva : Terdapat tanda – tanda infeksi
»
Anus : Tidak terdapat hemoroid
»
Ekstremitas atas dan bawah : bentuk simetris, kaki tidak
oedem, tidak varices.
2. Pemeriksaan Khusus (Obstetrik)
»
Pemeriksaan
Payu Dara : Payu dara lembek, puting susu tidak menonjol
ASI keluar sedikit.
»
Pemeriksaan Abdomen : TFU ½ simpisis dan pusat,
bulat mengeras seperti bola.
»
Pemeriksaan
Genetalia : Lokhea 100
cc/4 jam merah tua, stosel (+).
B. Analisa Data
No
|
Data Fokus
|
Etiologi
|
Masalah Keperawatan
|
1.
2.
3.
4.
|
Data subyektif
»
Klien mengeluh
sakit didaerah kemaluan, dan saat bergerak dengan hati – hati. Nyeri
berkurang saat klien duduk.
»
Klien
menyatakan perih saat BAK
Data Obyektif
»
Nadi : 80x/menit.
»
Klien mulai
menggunakan nafas dalam.
»
Skala nyeri
wajah 4.
Data subyektif
»
Klien
mengatakan banyinya belum mau menyusu dengan kuat.
Data Obyektif
»
Payudara
klien lembek, putting susu kurang menonjol, ASI keluar sedikit.
Data subyektif
»
Nyeri pada
daerah kemaluan
Data Obyektif
»
Leukosit :
11,8 ribu/mm3
Data Subyektif
»
Klien menyatakan
sangat sedih dengan kematian satu bayinya.
Data Obyektif
_
|
»
Adanya luka
episiotomi pasca persalinan.
Reflek hisap bayi lemah
Invasi mikro organisme sekunder terhadap luka
episiotomi.
Kematian dari janin.
|
Nyeri genetalia
Inefektif laktasi
Resiko tinggi infeksi.
Ansientas
|
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri daerah genetalia berhubungan dengan luka
episotomi
2. Inefektif laktasi berhubungan dengan reflek
menghisap bayi lemah.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasif
mikro organisme sekunder terhadap luka episiotomi.
4. Ansietas berhubungan dengan kematian salah satu
bayi.
D. Implementasi dan Evaluasi
No Dx
|
Tanggal/pukul
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
TTD
|
1.
2.
3.
|
14 februari 2006
10.00 WIB
14 februari 2006
11.15 WIB
14 februari 2006
11.45 WIB
|
1.
Mengakaji
derajat nyeri/ketidaknyamanan melaui isyarat verbal dan nonverbal.
2.
Massase uterus dengan perlahan sesuai indikasi.
catat adanya faktor-faktor yang memperberat hebatnya dan frekuensi afterpain
3.
Posisi atau
reposisi klien sesuai kebutuhan
4.
Anjurkan
penggunaan bra penyokong
5.
Anjurkan
kompres payu dara dengan air hangat sebelum menyusui
6.
Intrusikan
klien menyusui mengeluarkan susu melalui cara manual atau penggunaan pompa
7.
Berikan
kompres dingin atau es khususnya selama 24 jam pertama setelah persalinan
pada daerah episiotomi
8.
Berikan
kompres panas lembab (38,0 oC- 43.2 oC) selama 20 menit
3-4 kali sehari, setelah 24 jam pertama pada daerah episiotomi
9.
Bantu dalam
menggunakan tehnik relaksasi seperti napas dalam dan distraksi dengan tepat
atau dengan masasse abdomen
10. Membantu tindakan kenyamanan dengan gosokan
punggung/tekanan sacral, perubahan posisi.
1.
Mengakaji
tingkat ansietas melalui isyarat verbal dan nonverbal.
2.
Menganjarkan
klien tentang perawatan luka episiotomi
3.
Memberikan
informasi yang adekuat tentang manajemen laktasi
4.
Memberikan
dukungan klien untuk merawat bayinya
5.
Mengukur
tekanan darah.
6.
Dorong
klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah, dan rasa takutnya.
1.
Gunakan
teknik aseptik selama melakukan pemeriksaan VT.
2.
Mengukur
tanda-tanda vital dan lakukan pemeriksaan darah lengkap.
3.
Mencatat
kembali kadar Hb
|
S :
»
Mengeluh
perutnya kenceng-kenceng, payudara sakit dan didaerah kemaluan sakit,
bertambah bila bergerak, berkurang bila istirahat.
O :
»
TD : 120/80 mmHg
»
Nadi : 80X/menit
»
Suhu : 36,0 oC
»
RR : 20X/menit
A :
Gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi
P :
»
Kaji ulang
derajat nyeri/ketidaknyamanan melaui isyarat verbal dan nonverbal.
»
Ajarkan
teknik napas dalam bila nyari timbul.
»
Berikan
bantuan pada klien untuk meningkatkan tindakan kenyamanan gosokan
punggung/tekanan sacral, perubahan posisi.
»
kaji kembali
adanya kram abdomen serta nyeri pada dan payu dara daerah genitalia
S :
»
Klien
mengaku takut tiduran karena takut jahitan episnya bertambah sakit
»
Klien
mengatakan belum mengerti tentang makanan yang baik untuk ibu menyusui.
»
menyatakan
ini merupakan pengalaman pertama melahirkan
O :
»
TD : 120/80 mmHg
»
Nadi : 80X/menit
»
Suhu : 36,0 oC
»
RR : 20X/menit
A :
Ansietas belum teratasi
P :
»
Berikan
penjelasan perawatan episiotomi dan menejemen laktasi
S :
------
O :
»
Suhu : 36,0 oC
»
Lokhea
sekitar 100 cc/6 jam merah tua stosel (+), amis.
»
Luka
episiotomi jahit jelujur, mediolateral. luka kering, kemerahan (+) edema (-),
ekimosis (-), pus (-), jahitan mulai menyatu.
A :
Resiko infeksi belum terjadi
P :
»
Tekankan
penggunaan teknik asepsis dalam melakukan pemeriksaan VT.
»
Hb 9,7 gr %
|
|
Implementasi dan Evaluasi Diagnosa Tambahan
No Dx
|
Tanggal/pukul
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
TTD
|
1.
|
14 februari 2006
14.30 WIB
|
1.
Menurunkan
stressor fisik pada bayi
2.
Menimimbang
berat badan bayi setiap hariÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿanÿÿÿÿ03ÿÿÿÿngÿÿ1057
3.
Observasi bayi terhadap
tremor, iritabilitas, takipnea, diaforesis, sianosis, pucat dan aktivitas
kejang
4.
Auskultasi
bising usus
5.
Memberian
makan oral awal dengan 5-15 ml air steril
|
S :
»
Klien
mengatakan bayinya belum mau menyusu dengan kuat
O :
»
Refleks
menghisap lemah
A :
Resiko kekurangan nutrisi
P :
Pemberian makan peroral
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Danfort. 2002. Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika
Doenges. Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta
: EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta. EGC
Gede manuaba, ida bagus. 1998. Ilmu
Bidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
Hanafi. Wiknjosastro. 1997. Ilmu
Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka. Prawiroharjo.
Mansjoer. Arif, dkk. 1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta. EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
Obstetri. Edisi 2. Jakarta. EGC.
Prawirohardjoe. 2002.Buku Paduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo.
Pusat pendiddikan tenaga kesehatan, 1993.
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dalam kontek keluarga, Departemen Kesehatan Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Bina
Pustaka FKUI.
Soetjiningsih, ASI petunjuk untuk
tenaga kesehatan,. Jakarta. EGC
Sutarmi, STp. 2005. Taklukkan
Penyakit dengan VCO, Jakarta. EGC.
Sherwood,
Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar